Ini curahan hati adek ya. Gada hubungannya sama Joongki Oppa π *apasih*
Oke langsung ajalah ya~
Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Benar! Aku punya adik. Mereka adikku, dan aku kakak mereka.
Selama ini aku hanya tau rasanya menjadi kakak. Bagaimana mengajari adik-adikku ini itu. Bagaimana melarang mereka melakukan hal yang salah. Bagaimana memarahi mereka saat mereka nakal. Aku hanya bisa merasakan menjadi kakak. Tanpa tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kakak.
Kakak adalah orang yang harus mengobati adiknya bahkan meskipun ia juga terluka. Selama ini aku hanya melakukannya sebisaku. Aku tak merasa menjadi kakak yang baik. Tapi aku juga tak merasa telah menyalahgunakan tittle 'kakak' yang kumiliki itu.
Selama 17 tahun aku hidup. Aku hanya fokus dengan diriku, dan dengan mereka. Bagaimana membuat mereka tersenyum. Bagaimana agar mereka tak mencontoh perilaku buruk kakaknya. Bagaimana agar mereka tak mempermalukanku saat kuajak mereka bermain. Bagaimana mengajari mereka agar menghormati Emak Bapak. Bagaimana mengajari mereka menyayangi saudaranya. Bagaimana menghormati kakaknya.
Selama 17 tahun aku hidup. Aku benar-benar iri pada mereka yang punya kakak. Seringkali aku bertanya-tanya pada mereka, bagaimana rasanya punya kakak? Apa menyenangkan? Kau pasti senang punya kakak.
Jawaban mereka bervariasi. 'ya begitulah';'engga enak sama sekali';'aku gak mau punya kakak';'iya enak banget. Serasa punya pelindung'.
Jawaban mereka justru membuatku, sangat ingin memiliki seorang kakak.
Aku ingin memilikinya. Seseorang yang bisa kupeluk saat kuinginkan. Seseorang yang bisa kumintai tolong mengerjakan pr-ku. Seseorang yang bisa menemaniku ke toko buku. Seseorang yang bisa kuajak cerita. Seseorang yang melindungiku saat aku ketakutan. Aku ingin memilikinya. Sangat ingin!
Bukan aku ingin menyalahi takdir. Bukan! Itu hanya keinginanku. Hanya keinginan! Tak salah, kan?
Aku punya beberapa kakak. Bukan kakak kandung. Mereka sahabatku, yang umurnya lebih tua beberapa tahun dariku. Karena itu aku memanggil mereka 'kakak'. Mereka tidak keberatan. Tentu saja! Kenapa harus keberatan? Bukankah itu memang seharusnya? Mana sopan santunku jika aku lancang menganggap mereka adikku. Heol!
Ada beberapa yang sangat dekat denganku. Mereka juga menganggapku adiknya. Senang sekali rasanya. Meskipun tak sekandung, aku merasa memiliki kakak.
Menceritakan semua, meminta saran, saling mengejek, bahkan saling mengindari ketika kami bertengkar. Lucu, bukan?
Tentu saja mereka yang membujukku karena aku lebih muda dari mereka (read:adik). Lalu aku? Aku akan dengan senang hati terbujuk karena aku akan kehilangan mereka jika aku tetap keras kepala. Begitu bukan seharusnya?
Tapi tetap saja. Sedekat apapun kami, selengket apapun kami, kami tetaplah hanya teman. Hanya saja umur kami yang terpaut cukup jauh. Mereka bukan kakak kandungku. Mereka bukan kakak biologisku. Mereka.. Hanya teman.
Tidak. Mereka bukan 'hanya teman'. Mereka kakakku. Mereka saudaraku. Mereka sahabatku. Aku mencintai mereka. Aku menyayangi mereka. Karena mereka, setidaknya aku tau bagaimana rasanya memiliki kakak. Meskipun tak sepenuhnya, tapi aku bisa merasakannya. Apa yang adikku rasakan, aku bisa merasakannya.
Lalu apalagi? Tidak ada apa-apa. Hanya itu saja. Aku hanya sedang mencurahkan impian yang sedari dulu kuinginkan. Setidaknya aku sudah mendapatkan meskipun tak sepenuhnya.
Karena mereka.
Benar! Karena mereka. Kakak-kakakku itu. Aku menyayangi mereka. Sangat. Jangan meninggalkanku hanya karena aku bukan adik kandung kalian. Jangan mencampakkanku hanya karena darah kita berbeda. Kita.. Saudara. Benar, bukan?
Ya. Itu benar!
Lagipula, ada prinsip yang selama ini kupegang teguh untuk menahan rasa rinduku untuk memiliki seorangkakak. π
"Daripada sibuk menginginkan seorang kakak yang sempurna, lebih baik teruslah berusaha menjadi seorang kakak yang sempurna"
Terima kasih. Telah menjadi kakakku, terima kasih. Telah menyayangiki, terima kasih. Aku menyayangi kalian. Sangat menyayangi kalian.
Oke langsung ajalah ya~
Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Benar! Aku punya adik. Mereka adikku, dan aku kakak mereka.
Selama ini aku hanya tau rasanya menjadi kakak. Bagaimana mengajari adik-adikku ini itu. Bagaimana melarang mereka melakukan hal yang salah. Bagaimana memarahi mereka saat mereka nakal. Aku hanya bisa merasakan menjadi kakak. Tanpa tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kakak.
Kakak adalah orang yang harus mengobati adiknya bahkan meskipun ia juga terluka. Selama ini aku hanya melakukannya sebisaku. Aku tak merasa menjadi kakak yang baik. Tapi aku juga tak merasa telah menyalahgunakan tittle 'kakak' yang kumiliki itu.
Selama 17 tahun aku hidup. Aku hanya fokus dengan diriku, dan dengan mereka. Bagaimana membuat mereka tersenyum. Bagaimana agar mereka tak mencontoh perilaku buruk kakaknya. Bagaimana agar mereka tak mempermalukanku saat kuajak mereka bermain. Bagaimana mengajari mereka agar menghormati Emak Bapak. Bagaimana mengajari mereka menyayangi saudaranya. Bagaimana menghormati kakaknya.
Selama 17 tahun aku hidup. Aku benar-benar iri pada mereka yang punya kakak. Seringkali aku bertanya-tanya pada mereka, bagaimana rasanya punya kakak? Apa menyenangkan? Kau pasti senang punya kakak.
Jawaban mereka bervariasi. 'ya begitulah';'engga enak sama sekali';'aku gak mau punya kakak';'iya enak banget. Serasa punya pelindung'.
Jawaban mereka justru membuatku, sangat ingin memiliki seorang kakak.
Aku ingin memilikinya. Seseorang yang bisa kupeluk saat kuinginkan. Seseorang yang bisa kumintai tolong mengerjakan pr-ku. Seseorang yang bisa menemaniku ke toko buku. Seseorang yang bisa kuajak cerita. Seseorang yang melindungiku saat aku ketakutan. Aku ingin memilikinya. Sangat ingin!
Bukan aku ingin menyalahi takdir. Bukan! Itu hanya keinginanku. Hanya keinginan! Tak salah, kan?
Aku punya beberapa kakak. Bukan kakak kandung. Mereka sahabatku, yang umurnya lebih tua beberapa tahun dariku. Karena itu aku memanggil mereka 'kakak'. Mereka tidak keberatan. Tentu saja! Kenapa harus keberatan? Bukankah itu memang seharusnya? Mana sopan santunku jika aku lancang menganggap mereka adikku. Heol!
Ada beberapa yang sangat dekat denganku. Mereka juga menganggapku adiknya. Senang sekali rasanya. Meskipun tak sekandung, aku merasa memiliki kakak.
Menceritakan semua, meminta saran, saling mengejek, bahkan saling mengindari ketika kami bertengkar. Lucu, bukan?
Tentu saja mereka yang membujukku karena aku lebih muda dari mereka (read:adik). Lalu aku? Aku akan dengan senang hati terbujuk karena aku akan kehilangan mereka jika aku tetap keras kepala. Begitu bukan seharusnya?
Tapi tetap saja. Sedekat apapun kami, selengket apapun kami, kami tetaplah hanya teman. Hanya saja umur kami yang terpaut cukup jauh. Mereka bukan kakak kandungku. Mereka bukan kakak biologisku. Mereka.. Hanya teman.
Tidak. Mereka bukan 'hanya teman'. Mereka kakakku. Mereka saudaraku. Mereka sahabatku. Aku mencintai mereka. Aku menyayangi mereka. Karena mereka, setidaknya aku tau bagaimana rasanya memiliki kakak. Meskipun tak sepenuhnya, tapi aku bisa merasakannya. Apa yang adikku rasakan, aku bisa merasakannya.
Lalu apalagi? Tidak ada apa-apa. Hanya itu saja. Aku hanya sedang mencurahkan impian yang sedari dulu kuinginkan. Setidaknya aku sudah mendapatkan meskipun tak sepenuhnya.
Karena mereka.
Benar! Karena mereka. Kakak-kakakku itu. Aku menyayangi mereka. Sangat. Jangan meninggalkanku hanya karena aku bukan adik kandung kalian. Jangan mencampakkanku hanya karena darah kita berbeda. Kita.. Saudara. Benar, bukan?
Ya. Itu benar!
Lagipula, ada prinsip yang selama ini kupegang teguh untuk menahan rasa rinduku untuk memiliki seorangkakak. π
"Daripada sibuk menginginkan seorang kakak yang sempurna, lebih baik teruslah berusaha menjadi seorang kakak yang sempurna"
Terima kasih. Telah menjadi kakakku, terima kasih. Telah menyayangiki, terima kasih. Aku menyayangi kalian. Sangat menyayangi kalian.
Komentar
Posting Komentar