Langsung ke konten utama

Pikiran Terbuka oleh Gadis usia 18 tahun

Ini adalah statement yang sangat panjang dan butuh waktu lama untuk saya menulisnya. Butuh waktu lama juga untuk saya memutuskan menulisnya. Karena sungguh, saya sebenarnya sedang tidak ingin menulis. Namun anehnya, sisi yang lain dalam diri saya ingin melakukannya. Aneh, kan? Hahah.



Tulisan ini sebenarnya hanya bahan mentah yang kemudian akan saya tindak lanjuti dalam blog saya. (yang akhirnya saya tuliskan di blog saya ini untuk tugas uts dosen TIK)

Saya pikir ini memang tidak penting. Namun untuk jiwa saya, ini sangatlah penting karena pikiran-pikiran yang ada dalam diri saya harus dikeluarkan sebelum mengendap dan menjadi tak berguna. Kasihan nanti dia. Tak dianggap.

Ada banyak hal yang saya pikirkan sepanjang hidup saya. Saya selalu berpikirkapanpun dan dimanapun itu, anda juga!
Saya pernah membaca disalah satu situs. 'Manusia tidak akan bisa berhenti berpikir. Bahkan saat mereka mencoba untuk tidak berpikir. Mereka tetap saja berpikir,'
Ya baiklah. Saya akhirnya mencoba mengerti. Artinya selama hidup saya, sepanjang nafas saya masih menderu, otak saya akan terus berpikir tanpa henti karena itulah ke-HEBAT-annya.

Selama ini saya berpikir tentang banyak hal. Terutama tentang manusia disekitar saya. Ada berbagai type. Namun ada type yang paling saya sukai diantara mereka. Saya tidak bisa memberi tahu type seperti apa itu karena itu relatif dan pasti ada saja salah satu dari anda yang tidak akan setuju dengan pendapat saya ini. Hahaha

Sebagai makhluk sosial-yang suka makan sotong-, saya sering sekali terlibat berbagai situasi dalam hidup.
Entah ini keadaan yang saya sukai atau tidak. Bahkan sebenarnya saya seringkali terlibat situasi yang benar-benar tidak pernah sedikitpun terpikir saya akan ada dan turut serta didalamnya.
Awalnya saya berontak, saya tidak suka, saya benci, dan saya akan merajuk.
Namun. Hei! Untuk apa? Apa gunanya? Terus menerus seperti ini apa akan menjadikanmu manusia hebat?
Begitulah kira² hal yang akan saya katakan pada sisi diri saya yang pengecut. Bukan merendakan diri. Saya hanya ingin tak jadi lemah. Saya hanya ingin tak direndahkan khalayak.

Tidak apa-apa sebenarnya jika itu hanya menyangkut diri saya. Namun sekali lagi saya ini makhluk sosial-yang juga suka makan cuanki-, ada teman, keluarga, agama dan banyak lagi hal yang tertanam dalam diri saya dan menjadi bagian dalam diri saya, yang apabila saya merawat mereka dengan baik penuh cinta dan kasih sayang *halah, merekapun akan turut baik.

Saya juga sering terlibat dalam forum diskusi yang pembahasannya bukanlah bidang saya. Ah. Saya ralat. Bukan 'bukan' tapi 'belum'.
Jika sudah seperti itu saya akan lebih banyak diam. Kenapa?
Kenapa kalian bertanya kenapa? Tentu saja karena saya belum tau. Saya adalah orang yang akan memilih diam daripada berkoar-koar tanpa data. Itu memalukan!
Kalaupun misal saya ikut andil lalu kemudian mereka meminta data? Apa yang harus saya lakukan? Memberi senyum manis? Atau lari? Mana yang lebih baik menurut anda?

Karena itu saya akan diam. Diam. Dan diam. Biarkanlah pada pengenalannya, mereka yang ahli yang akan memimpin. Toh saya diam bukan bertapa tapi mendengarkan mereka. Ritual diam yang saya lakukan sedikit banyaknya bisa memberi jalan untuk mereka menyebar luaskan ilmunya pada orang lain yang belum tau-seperti saya-.

Saya senang mempelajari banyak hal karena terpengaruh salah satu kutipan yang pernah saya baca dari anak ustadz Yusur mansur. Ya. Wirda mansur!
Kutipannya sangat panjang namun intinya ia berkata 'Pelajari banyak hal. Walaupun gak terlalu jago seenggaknya tau dasarnya. Biar gak bego-bego amat'. Ya saya setuju. Sangat.

Saya juga senang mempelajari banyak hal karena impian besar saya yang ingin menjadi guru favorit untuk anak saya kelak. Yang jika Ia bertanya hal apapun, saya bisa menjawab walau tidak terlalu dalam. Itu akan terlihat berkesan untuknya dan membuatnya bangga pada saya-sebagai ibunya- dan pun bangga memiliki saya sebagai ibunya.

Saya juga pernah membaca jikalau intellegensi anak turun dari kromosom x gen ibunya. Karena itu saya harus jadi wanita yang cerdas agar anak saya pun kelak menjadi orang yang cerdas.

Saya tidak pernah merasa lebih baik dari manusia lainnya dalam hal apapun itu. Untuk apa lagipun? Saya takut terlihat taat namun ternyata pendosa hebat.
Saya sering menemui mereka yang menasehati namun seolah menggurui dan menghakimi. Saya sedikit tidak setuju. Namun apa yang harus saya lakukan? Pun saya bingung. Kalo saya mengingatkan apa Ia akan terima? Lagipun biarlah. Saya tidak tau niat apa yang terbesit dalam hatinya tentang hal itu.

 Mungkin itu hanya salah penafsiran yang diri saya lakukan. Innamal a'malu binniat. Bisa saja orang itu pure berniat bersyiar tapi karena kekotoran hati saya, saya jadi suudzon.
Namun, pernah saya baca suatu tips yang menurut saya.. Menohok. Haha

Saya membacanya disalah satu situs belajar. Mereka berkata 'Jika ingin bertanya, jangan tanyakan hal yang lempeng (dalam artian biasa saja), tanyakan hal yang membuat mindset manusia ingin membenarkannya. Tanyakan hal yang salah. Karena besar kemungkinan mereka akan cepat merespon karena mereka merasa lebih bisa,'
Miris memang, namun begitulah. Silahkan tafsirkan sendiri. Haha

Saya memiliki banyak impian-dulu. Dalam arti cita-cita. Saat kecil saya ingin jadi guru. Esoknya saya ingin jadi presiden. Pernah saya ingin jadi power rangers. Aneh memang. Namun begitulah. Saya justru senang dengan pikiran-pikiran bebas saat saya kecil. Saya pernah terfikir ingin naik ke layangan yang diterbangkan teman-teman saya agar saya bisa terbang. Hahaha

Beranjak remaja saya mulai serius berpikir. Saya ingin jadi penulis. Sebulan kemudian saya ingin jadi dokter. Lalu guru lagi. Entahlah. Banyak sekali cita-cita saya waktu itu. Sampai saya bingung ingin mewujudkan yang mana dulu. Saya justru bingung kenapa orang dewasa yang saya tanyai-hanya beberapa sebenarnya-, mereka bingung dengan cita-cita. Memangnya kenapa sampai bingung? Tinggal kau raih sajalah! Begitu pikirku.

Namun beranjak dewasa aku akhirnya mengerti. 'Ternyata tak semudah itu wahai diri'.
Dan sekarang-usiaku 18tahun-, cita-citaku hanya 1. Hidup bahagia mati masuk syurga.
Bahagia dalam definisi luas tak terfokuskan pada uang dan materi. Saya hanya ingin.
Menjadi hamba yang membuat Tuhan bangga karena telah menciptakan saya. Saya ingin. Membuat orangtua saya bangga memiliki putri seperti saya. Membuat suami saya kelak bangga mempunyai istri seperti saya. Dan membuat anak saya bangga memiliki saya sebagai ibunya.

Saya juga ingin. Kelak ada suara kecil yang berkata "Hei lihat. Itulah ibuku," pada temannya dengan nada bangga.

Mungkin itu saja.
Ini hanya 'bahan mentah'. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin saya bahas. Namun biarlah saya akan melanjutkannya di blog. ๐Ÿ˜‚

Saya sudah menuliskamnya dan saya sangat lega.
Dengan pikiran saya yang lebih leluasa dan nyaman. Saya ingin mengeluarkan semua hal yang selama ini ada dibenak saya. Terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pacar Pertama

Hallo. Anyeong. Just keinget punya blog yang syudah lama gak keurus haha Finally setelah berkali-kali menimbang-nimbang dan akhirnya memutuskan. Akhirnya Adek putuskan untuk terus menjalankan blog ini. Maybe hati ini tergugah setelah buguru bilang kalo blog bisa dijual saat tak ada barang yang bisa dijual. But blognya juga ya harus rame. Ckckck Sebagai pembuka, adek bawa pacar pertama yang sudah 3 tahun bersama Adek. Cuma Abang Joongki yang bisa ganteng diposisi seperti ini Lihatlah dia gantengnya natural bahkan dari lahir pun dah ganteng๐Ÿ˜‚ Sudah sarjana guyssss Aaa lucunya Plss jangan naksir.  He is my boyfriend. ใ…‹ใ…‹ใ…‹ But kali ini cuma pengen ngenalin sang pacar pada dunia. Gak mungkin lah gak kenal pacarku yang satu ini. Secara dia ngehits banget setelah jadi tentara chaem di Descendants of the sun. Masih gatau? OMG๐Ÿ˜‚ Okelah.. This is it. I'll introduce my bf to u  Namanya Song Joong Ki (์†ก์ค‘๊ธฐ) Usianya 32 tahun, lahir di ...

Punya Kakak

Ini curahan hati adek ya. Gada hubungannya sama Joongki Oppa ๐Ÿ˜‚ *apasih* Oke langsung ajalah ya~ Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Benar! Aku punya adik. Mereka adikku, dan aku kakak mereka. Selama ini aku hanya tau rasanya menjadi kakak. Bagaimana mengajari adik-adikku ini itu. Bagaimana melarang mereka melakukan hal yang salah. Bagaimana memarahi mereka saat mereka nakal. Aku hanya bisa merasakan menjadi kakak. Tanpa tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kakak. Kakak adalah orang yang harus mengobati adiknya bahkan meskipun ia juga terluka. Selama ini aku hanya melakukannya sebisaku. Aku tak merasa menjadi kakak yang baik. Tapi aku juga tak merasa telah menyalahgunakan tittle 'kakak' yang kumiliki itu. Selama 17 tahun aku hidup. Aku hanya fokus dengan diriku, dan dengan mereka. Bagaimana membuat mereka tersenyum. Bagaimana agar mereka tak mencontoh perilaku buruk kakaknya. Bagaimana agar mereka tak mempermalukanku saat kuajak mereka bermain. Bagaimana mengaj...