Langsung ke konten utama

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

CATATAN PENULIS:
"Cerpen ini sepenuhnya dibuat dan dipublikasikan oleh Siti Ika Lestari. Cerpen ini belum pernah dikirimkan kepada penerbit karena hanya untuk koleksi pribadi. Tolong sertakan nama penulis jika saudara ingin menyalin cerpen ini. Terimakasih"




Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

                                Created by: Siti Ika Lestari



Bagaimana hari ini? Kau bisa melakukannya, kan? Kau tidak mengecewakan Ibu, kan? Tentu saja tidak. Kau putri Ibu. Tidak mungkin kau mengecewakan Ibu. Makanlah. Kau sudah bekerja keras. Ibu bangga.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Kenapa? Apa salahku Bu? Kenapa kau melakukannya padaku? Kau tahu? Hidupku tak seindah yang ada dalam benakmu.

Aku lelah! Aku benar-benar lelah! Kenapa kau melakukannya? Apa dulu aku jahat padamu? Apa ketika kau mengandungku, aku sering membuatmu susah?
Tolong katakan apa salahku! Aku lelah! Aku lelah!

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Ibu sudah mempersiapkannya. Kau mulai bisa belajar besok. Kau tak boleh bolos! Ibu sudah mengeluarkan banyak biaya untuk memasukkanmu kesana. Ah. Anak Ibu kan tidak pernah bolos.

Ibu. Bukan ini yang kumau..

Kau dengar Ibu, kan?

Tidak! Aku tak mendengar apa yang kau katakan. Aku tak mendengarnya! Aku  tak ingin mendengarnya!

‘Iya Bu. Tentu saja’

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Apa yang kau lakukan?

Aku tidak melakukan apapun, Bu.

Lalu kenapa nilaimu begini? Kau ingin mengecewakan Ibu?

Tidak, Bu. Sedikitpun aku tidak ingin mengecewakanmu. Aku hanya lelah. Benar-benar lelah.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Kenapa kau bisa sakit? Kau harusnya istirahat! Kau pasti tertinggal banyak pelajaran karena tidak masuk sekolah. Cepatlah sembuh.

Ibu..

Apa pelajaran adalah anakmu? Setidaknya tanyakan padaku. Apa kau ingin ibu menemanimu? Makanan apa yang ingin kau makan. Setidaknya katakan padaku. Minumlah obatmu. Ibu akan menjagamu sampai kau tidur. Jangan pikirkan apapun, kau tidur saja.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Kau harus bersyukur. Bisa sekolah dan belajar ditempat bagus seperti itu. Tahukah berapa orang yang gagal masuk kesana? Ibu bangga sekali padamu.

Tapi aku tak bahagia, Bu.

Saat lulus nanti, cobalah ambil hukum. Kau harus jadi pengacara. Karena itu nilaimu tak boleh turun. Jika nilaimu turun sedikit saja, jangan berharap jadi pengacara.

Biarkan saja! Toh aku tidak menginginkannya.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Sudah selesaikan tugasmu? Selesaikan dulu lalu makan.

Tapi aku lapar.

Saat makan nanti bawalah buku. Tanganmu tak boleh kosong. Sayang sekali jika waktumu terlewatkan tanpa belajar.

Bu. Kumohon!

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Tidak! Kau tak boleh pergi. Belajar saja dirumah! Kau bisa menonton film itu dirumah saat DVD nya sudah keluar. Untuk apa membuang-buang waktu menonton film di bioskop.

Tapi aku ingin menontonnya bersama teman-teman, Bu.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Bagaimana? Kau lolos, kan? Kau masuk, kan? Tentu saja! Tak mungkin kau gagal. Ibu bangga padamu!

Bu.. Andai saja kumiliki sedikit keberanian untuk mengatakan padamu tentang perasaanku. Aku sangat lelah. Biarkan aku berhenti sejenak. Sebentar saja. Kumohon.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Siapa Lelaki itu? Kenapa dia mengantarmu pulang? Ibu sudah pernah katakan bukan? Tak perlu belajar bersama seperti itu. Kau bisa melakukannya sendiri! Mereka hanya memanfaatkanmu.

Tidak, Bu. Mereka tidak seperti itu.

Siapa lelaki itu? Tak usahlah kau dekat dengan lelaki sekarang. Ibu tahu anak seusiamu memang wajar menyukai seseorang. Tapi kau! Belajar saja! Tak ada waktu untuk mengurusi lelaki sekarang. Carilah lelaki saat kau sudah jadi pengacara nanti. Jadi lelaki yang mendekatimu pun tidak sembarang lelaki. Kau mengerti, kan?

Tidak! Sama sekali tidak! Aku tidak pernah mengerti apa yang selama ini kau bicarakan padaku. Bu. Apa sebaiknya aku mati saja? Aku lelah. Hidup seperti robot begini. Aku tak kuat.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Persiapkan dirimu. Latih bicaramu. Percantik penampilanmu. Besok kau akan wawancara. Kau tak boleh gagal. Mengerti?

Ibu. Setidaknya tanyakan padaku. Apa kau gugup, anakku? Apa kau ingin berlatih wawancara bersama Ibu? Tak masalah kau lulus atau gagal, setidaknya kau sudah berusaha.

Ibu..
Sepertinya..
Aku membencimu.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Kulihat gelap. Dimana aku? Kenapa pengap sekali. Aku sulit bernafas. Dimana ini sebenarnya? Gelap dan pengap sekali.
Secercah cahaya menghampiriku. Ah. Aku sudah bisa bernafas sekarang. Terima kasih telah datang.

Kubuka mataku.
Apa ini? Dimana aku? Nampak pemukiman kumuh didepanku. Jorok sekali. Baunya. Busuk. Aku harus segera pergi dari sini.

Aku harus bergegas. Tak tahan berlama-lama ditempat kumuh seperti ini. Dimana Ibu? Kenapa aku ada disini, Bu? Apa Ibu yang mengajakku kemari?

Siapa itu? Siapa anak itu?  Oh. Kenapa dia dipukuli?
Pak. Kau tak boleh begitu.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Kulihat dia menangis sambil memegangi kepalanya. Ingin sekali aku mendekatinya tapi aku tak ingin ikut campur. Ditempat kumuh seperti ini memang banyak kejadian seperti ini.

Ada apa dengan pemukiman ini? Rasanya sedari tadi aku hanya berputar-putar. Aku lelah sekali.

Oh. Bukankah itu anak yang tadi dipukuli? Apa yang sedang dilakukannya? Kenapa belajar ditempat kotor seperti ini?

Haruskah aku mendekatinya? Ah tidak usah. Aku harus segera keluar dari sini.

Anak itu melihatku. Dia melihatku. Oh. Sekarang dia mendekatiku. Haruskah aku lari? Tunggu. Kenapa aku harus lari?

Anakku. Ucapnya.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Anakku. Ucapnya.

Hei. Aku lebih tua darimu. Kenapa kau memanggilku anakmu? Anak ini pasti gila karena sering dipukuli. Aku ingin lari.

Ibu bangga padamu.

Perkataan ini. Bukankah ini kata yang sering diucapkan Ibu padaku? Hei jangan elus rambutku dengan tangan kotormu. Kau tak tahu siapa aku?

Kau sudah jadi pengacara hebat. Ibu bangga.

Dia memelukku. Gadis lusuh ini memelukku. Apa yang hangat ini? Apa dia menangis?

Ibu tahu kau membenci Ibu.

Ibu?

Maaf sudah memperlakukanmu seperti itu. Ibu hanya tidak ingin kau menjadi orang gagal. Tak apa kau benci pada Ibu. Yang penting kau jadi orang hebat sekarang. Ibu bangga.

Apa dia.. Benar ibuku?

Setelah jadi pengacara, bagaimana perasaanmu? Dihormati dan disegani. Kau senang, bukan?

Ibu..

Apa kau masih membenci Ibu?

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Ibu..

Jangan jadi seperti Ibumu ini. Payah. Ibu tidak bisa menjadi Ibu yang bisa kau banggakan. Memiliki anak sepertimu, Ibu bangga.

Ibu.. Tidak. Aku tak pernah membencimu.

Kenapa rambutmu kusut? Apa kau tak keramas tadi pagi? Hei. Kau harus cantik agar para lelaki mendekatimu. Kau dengar ibu, kan?

Kenapa memperhatikan rambutku? Lihatlah rambutmu lebih kusut. Pakaianmu, apa hanya ini baju yang kau punya? Kenapa pipimu? Apa Bapak itu sering menamparmu? Buku apa ini? Kenapa jelek sekali?

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Maafkan Ibu. Ucapnya.

Tak bisa memberi kesan baik padamu.. Ibu minta maaf.

Tidak, Bu. Aku mencintaimu.

Jangan lepaskan pelukan ini. Aku merindukanmu.

Dia melepaskannya. Terlihat senyum manis di wajah memarnya. Senyumnya. Mirip sekali dengan senyum Ibu. Apa kau memang benar Ibuku?

Kau harus hidup dengan baik. Ibu tak ingin kau jadi orang payah seperti Ibu. Ibu tak ingin ada orang yang menghinamu. Ibu tak ingin mereka merendahkanmu. Ibu tak ingin mereka memperlakukanmu seperti mereka memperlakukan Ibu. Kau harus dihormati. Tak boleh ada yang meremehkanmu. Tak boleh ada yang merendahkanmu, anakku.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Ibu. Peluk aku. Kumohon.

DIMANA KAU!! KEMARIII!!

Dia ketakutan. Suara apa itu? Kenapa Ibu takut seperti ini? Kenapa Bu?

Pergilah. Dia datang! Pergilah! Kau akan dipukuli jika dia melihatmu.

Tidak. Aku ingin bersama Ibu..

Pergilah nak. Jangan pedulikan Ibu.
Lanjutkan hidupmu. Kau sudah menjadi orang hebat sekarang. Tak perlu khawatirkan apa pun. Pergilah.

Tidak. Aku tak mau. Aku ingin bersamamu.

Tidak kita tak bisa bersama. Ibu sudah tenang karena melihatmu menjadi orang berhasil. Kau harus hidup dengan baik. Agar Ibu dapat terus berbangga menjadi Ibumu. Pergilah!

Tidak aku tak mau. Aku ingin terus bersamamu.

Bu..

Bu?

Ibu?

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Mimpi.
Aku bermimpi lagi.
Kenapa aku bangun? Padahal aku masih merindukannya. Merindukan semuanya. Merindukan omelannya. Ibu. Aku merindukanmu.

Anakmu ini sekarang sudah menjadi pengacara seperti yang kau inginkan. Kau senang, kan? Kau bangga, bukan?

Kenapa kau pergi saat aku sudah menjadi orang hebat seperti yang kau inginkan? Kau jahat sekali. Aku bahkan belum sempat membelikanmu barang mewah dari bayaran pertamaku.

Kau tahu betapa besar bayaranku, kan? Aku bisa memberikanmu segalanya. Lihatlah aku memiliki segalanya sekarang. Kau lihat, kan?

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

Maaf aku jarang mengunjungimu akhir-akhir ini. Pekerjaanku akhir-akhir ini cukup sulit. Bagaimana bunganya? Mereka mengganti bunganya setiap hari, kan? Aku menyuruh mereka menggantinya setiap hari. Kau suka mawar putih, kan? Kau sering membawanya di hari kelulusanku.

Ibu. Setidaknya sekarang aku tahu. Kenapa kau memperlakukanku  seperti itu. Harusnya aku menyadarinya dari awal. Aku bodoh sekali. Selama ini aku hanya sibuk membencimu.

Aku bahkan tak pernah memelukmu. Aku tak pernah tersenyum tulus padamu. Maafkan aku Bu. Kau pasti sedih selama ini. Aku bahkan belum sempat membalas kebaikanmu. Memiliki anak sepertiku. Kau pasti sedih.

Terima kasih, Bu.
Telah menjadi Ibuku, terima kasih.
Telah melahirkanku, terima kasih.
Telah membuatku menjadi orang hebat, terima kasih.

Memiliki Ibu sepertimu, Aku bangga.
Aku mencintaimu, Ibu.

Jika kuberi tahu bagaimana rasa sakitnya, apa kamu akan sekuat aku?

                                  -THE END-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pacar Pertama

Hallo. Anyeong. Just keinget punya blog yang syudah lama gak keurus haha Finally setelah berkali-kali menimbang-nimbang dan akhirnya memutuskan. Akhirnya Adek putuskan untuk terus menjalankan blog ini. Maybe hati ini tergugah setelah buguru bilang kalo blog bisa dijual saat tak ada barang yang bisa dijual. But blognya juga ya harus rame. Ckckck Sebagai pembuka, adek bawa pacar pertama yang sudah 3 tahun bersama Adek. Cuma Abang Joongki yang bisa ganteng diposisi seperti ini Lihatlah dia gantengnya natural bahkan dari lahir pun dah ganteng😂 Sudah sarjana guyssss Aaa lucunya Plss jangan naksir.  He is my boyfriend. ã…‹ã…‹ã…‹ But kali ini cuma pengen ngenalin sang pacar pada dunia. Gak mungkin lah gak kenal pacarku yang satu ini. Secara dia ngehits banget setelah jadi tentara chaem di Descendants of the sun. Masih gatau? OMG😂 Okelah.. This is it. I'll introduce my bf to u  Namanya Song Joong Ki (송중기) Usianya 32 tahun, lahir di ...

Punya Kakak

Ini curahan hati adek ya. Gada hubungannya sama Joongki Oppa 😂 *apasih* Oke langsung ajalah ya~ Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Benar! Aku punya adik. Mereka adikku, dan aku kakak mereka. Selama ini aku hanya tau rasanya menjadi kakak. Bagaimana mengajari adik-adikku ini itu. Bagaimana melarang mereka melakukan hal yang salah. Bagaimana memarahi mereka saat mereka nakal. Aku hanya bisa merasakan menjadi kakak. Tanpa tahu bagaimana rasanya memiliki seorang kakak. Kakak adalah orang yang harus mengobati adiknya bahkan meskipun ia juga terluka. Selama ini aku hanya melakukannya sebisaku. Aku tak merasa menjadi kakak yang baik. Tapi aku juga tak merasa telah menyalahgunakan tittle 'kakak' yang kumiliki itu. Selama 17 tahun aku hidup. Aku hanya fokus dengan diriku, dan dengan mereka. Bagaimana membuat mereka tersenyum. Bagaimana agar mereka tak mencontoh perilaku buruk kakaknya. Bagaimana agar mereka tak mempermalukanku saat kuajak mereka bermain. Bagaimana mengaj...

Pikiran Terbuka oleh Gadis usia 18 tahun

Ini adalah statement yang sangat panjang dan butuh waktu lama untuk saya menulisnya. Butuh waktu lama juga untuk saya memutuskan menulisnya. Karena sungguh, saya sebenarnya sedang tidak ingin menulis. Namun anehnya, sisi yang lain dalam diri saya ingin melakukannya. Aneh, kan? Hahah. Tulisan ini sebenarnya hanya bahan mentah yang kemudian akan saya tindak lanjuti dalam blog saya. (yang akhirnya saya tuliskan di blog saya ini untuk tugas uts dosen TIK) Saya pikir ini memang tidak penting. Namun untuk jiwa saya, ini sangatlah penting karena pikiran-pikiran yang ada dalam diri saya harus dikeluarkan sebelum mengendap dan menjadi tak berguna. Kasihan nanti dia. Tak dianggap. Ada banyak hal yang saya pikirkan sepanjang hidup saya. Saya selalu berpikirkapanpun dan dimanapun itu, anda juga! Saya pernah membaca disalah satu situs. 'Manusia tidak akan bisa berhenti berpikir. Bahkan saat mereka mencoba untuk tidak berpikir. Mereka tetap saja berpikir,' Ya baiklah. Saya akhirny...